[Review] Touché: Rosetta - Windhy Puspitadewi
Judul: Touché: Rosetta
Serial: Touché, #3
Penulis: Windhy Puspitadewi
ISBN13: 9786020351162
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 200
Tanggal terbit: 5 Juni 2017
Tanggal baca: 24 Juni 2017
"Orang menulis untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya, mengalirkannya melalui tangan, hingga terwujud dalam bentuk tulisan tinta atau pahatan. Aku menyerap hal yang ingin mereka sampaikan itu."
Edward Kim memiliki sebuah kekuatan unik: bisa memahami arti sebuah tulisan, bahkan dari bahasa yang tidak pernah ia pahami sebelumnya. Uniknya, kekuatan ini hanya berlaku pada tulisan yang benar-benar ditulis, bukan berupa digital atau hasil cetakan. Berkat kemampuannya ini, ia berkesempatan untuk bekerja kepada Profesor Fischer di British Museum untuk membaca naskah kuno dan berbagai prasasti. Baginya, asal memperoleh imbalan yang cukup, ia tidak keberatan.
Suatu hari, Yunus King, seseorang yang sebelumnya asing, datang dan menghadapkannya pada kasus pembunuhan Profesor Hamilton, rekan kerja Profesor Fischer. Pada kesempatan itulah Edward memperoleh penjelasan tentang kekuatan yang dimilikinya, Touché. Edward diminta untuk membaca sebuah buku kuno yang mungkin akan mengungkap siapa pembunuh yang tengah dicari pihak kepolisian.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Touché: Rosetta adalah sekuel dari serial yang sudah kutunggu-tunggu sejak aku berhasil menuntaskan buku keduanya. Dan aku yakin, penggemar novel fantasi dalam negeri pun banyak yang menunggu kehadiran buku ini.
Yang pertama kali menarik perhatianku tentu saja munculnya tokoh baru: Edward Kim. Kesan pertama yang kudapat sama seperti kesan yang didapat banyak orang: matre abis. Namun semakin lama membaca cerita ini, aku jadi simpati kepadanya. Setelah mengetahui alasan mengapa ia menjadi super matre, apalagi setelah melihat interaksinya bersama Ellen Hamilton, anak angkat Profesor Hamilton yang menemaninya memecahkan kasus tersebut. Edward memiliki hati yang lembut, gentle, dan minta dipacarin banget!
Baca juga: [Review] Romansick - Emilya Kusnaidi
Baca juga: [Review] Romansick - Emilya Kusnaidi
Leonardo Da Vinci (src: wikipedia) |
Alur cerita ini enak diikuti (dan aku mencoba untuk nggak protes soal "harusnya cerita ini bisa dikembangkan atau diceritakan lebih detail dengan menambah jumlah halaman" karena aku sudah melakukannya terhadap dua buku sebelumnya dan... ya mungkin memang beginilah kehidupan). Yang aku suka dari buku ketiga ini dibandingkan kedua temannya adalah bahwa cerita di buku ini tidak terkesan buru-buru. Masalahnya adalah, kalau meminjam istilah dari reviewer lain, buku ini sangat page-turner, alias selalu membuat pembacanya ingin membaca lagi dan lagi, membalik halaman demi halaman lagi dan lagi, sampai tanpa terasa cerita sudah tamat. Misterinya yang super bikin penasaran, dan kemampuan penulis untuk menahan pembaca duduk manis membaca kisah Edward ini memaksaku untuk menyelesaikannya dalam sekali duduk. Dan dengan tebal halaman yang hanya dua ratus sekian, aku menyelesaikannya kurang dari dua jam. Alias... ya ampun, gini doang? Ya ampun, aku harus baca apa habis ini, kok ini habisnya cepat banget? Mau nangis ah.
Michelangelo (src: wikipedia) |
Kalau dibandingkan dengan Touché: Alchemist, aku jelas lebih suka Rosetta (ketahuan juga dari jumlah bintangnya). Misteri yang dihadirkan di buku ketiga ini lebih seru, lebih tidak tertebak (walaupun aku tetap bisa menduga siapa pelaku pembunuhan tersebut). Dan menariknya, cerita ini tergolong detail (untuk otakku yang cuma ngerti mekanisme obat antihipertensi, bukan lukisan dan patung kuno). Mungkin karena aku nggak terlalu paham soal tokoh-tokoh Italia seperti Leonardo Da Vinci dan Michelangelo, aku jadi sering garuk-garuk kuping karena nggak paham, tapi aku tetap bisa mengikuti ceritanya dengan baik.
Yang paling kusuka dari novel ini adalah endingnya yang benar-benar, walau kata orang endingnya ngeselin, tapi membuatku ingin meneror penulisnya untuk segera menulis buku keempat! Kehadiran Hiro Morisson, tokoh utama dari novel kedua, justru membuatku semakin penasaran. Jujur, aku belum tahu serial ini akan berakhir menjadi berapa-logi, tapi aku sebenarnya merasa ide penulis tentang touché ini bisa ditulis menjadi puluhan buku dengan masing-masing buku memiliki tokoh utama dengan kemampuan touché yang berbeda.
Baca juga: [Review] That Summer Breeze - Orizuka
Baca juga: [Review] That Summer Breeze - Orizuka
Ngomong-ngomong ini aku harus nunggu berapa lama sampai buku keempat terbit? Tiga tahun? Yassalam keburu aku nikah woy!
"Manusia itu pada dasarnya takut pada hal yg tak mereka pahami."
Rating: ⭐⭐⭐⭐
Baca juga:
credit corner: pic by tumblr, edited by me.
Tidak ada komentar