Breaking News

Sunday Morning: How I Rate Books


Minggu pagi, masih terlalu pagi untuk mengatakannya sebagai Minggu pagi (saat aku menuliskan ini). File calon proposal skripsi masih nganggur di balik jendela Google Chrome, dan aku malah ngeblog. Ya abaikan aja sih, belum apa-apa kok udah curhat.

Jadi apa itu Sunday Morning (atau orang sering menyebutnya Sunmor -baca: sanmor-)?
Kalau kamu anak Jogja atau pernah tinggal di Jogja, apalagi pernah jadi warga UGM, kamu bakal tahu tentang pasar dadakan di sepanjang Jalan Olahraga yang cuma diadakan setiap Minggu pagi (entah jam berapa mulainya) sampai sekitar jam dua belas siang ini. Kamu bisa menemukan banyak barang dijual di Sunday Morning, termasuk buku seharga sepuluh ribuan all item. Ya tapi buku yang dijual di sini emang bukan tipikal buku yang harganya lebih dari sepuluh ribu sih.

Apa hubungannya blogmu sama Sunmor, Wen?
diada-adain

Aku pengen memberikan label baru untuk beberapa posting di blogku dengan Sunday Morning.

Jadi, kenapa aku melabeli tulisanku kali ini dengan Sunday Morning? Karena aku selalu menunggu hari Minggu yang nggak ada latihan marchingnya dan nggak ada bakti kampus dadakan di hari buruhnya ditoyor rektor biar aku bisa ke Sunmor, walaupun Sunmor sebenarnya isinya itu-itu aja. Aku pengen, nanti semua tulisanku yang berlabel Sunday Morning juga ditunggu-tunggu pembaca (ya, walaupun sebenarnya isinya gitu-gitu aja).

Tulisan apa yang bakal kulabeli Sunday Morning?

  • Tulisan yang aku post di hari Minggu pagi (namanya juga Sunday Morning kan?).
  • Berisi tentang pendapat pribadi, pengalaman pribadi, pemikiran pribadi, pokoknya hal-hal yang berhubungan dengan yang pribadi-pribadi.
Nah, lapak Sunmor yang kugelar hari ini adalah tentang

bagaimana aku merating buku yang kubaca.

Aku bukan tipe orang yang rajin merating buku yang sudah kubaca. Seringkali aku membaca buku tanpa meratingnya di goodreads atau di blogku sendiri. Aku tidak merating buku itu bukan karena buku itu terlampau jelek atau bagusnya kebangetan kok, tapi ya karena emang nggak pengen merating aja. Jangan suudzan, nggak baik.

Dari sekian rating yang udah kubuat di goodreads, per 15 Mei 2016 aku memperoleh rata-rata rating 3,11.

abaikan foto profilnya yang udah 3 tahun belum diganti

Karena penasaran dengan kedermawanan ratingku sendiri, aku pun kepo kepo cantik ke akun goodreads sebelah dan sebelahnya, dan aku menemukan fakta bahwa...
Aku agak pelit rating.

Hahaha.

Ngomong-ngomong, berapa rating rata-ratamu di goodreads?
Apa kamu pernah memperhatikan rating rata-ratamu atau temanmu?

Aku kadang-kadang merhatiin juga beberapa teman, dan bertanya-tanya bagaimana mereka bisa menebar empat atau lima bintang dengan mudahnya, atau bagaimana ceritanya mereka bisa menggelontorkan sebutir kacang buat buku yang barusan mereka baca (berarti mereka barusan baca buku "jelek" dong, kan sayang udah terlanjur beli eh ternyata jelek wkwkw).

Mau tahu nggak, selama ini aku dapat wangsit untuk menganugrahkan sekian bintang buat suatu buku dari mana? Aku selalu punya standar buat ngasih bintang-bintang buat suatu buku lho. Mau tahu nggak?

Nggak, Wen.

Ya udah, baca aja, nggak mau tahu wkwk.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rating 1

Buatku, memberikan satu bintang pada sebuah buku adalah dosa. Ya, aku tahu bikin buku itu susahnya setengah mati dan lain sebagainya, aku udah merasakan kok (ketawa sesengguhan -apadeh-), namun apalah daya hati nurani tetap harus bicara. Satu bintang, artinya aku butuh energi luar biasa bahkan hanya untuk sekedar membacanya sampai habis.

Aku memberi satu bintang buat suatu buku bukan berarti buku itu jelek, namun lebih karena buku itu memang not my cup of tea banget! Aku pernah memberi satu bintang buat 5 cm nya Donny Dhirgantoro yang fenomenalnya setengah mati itu, tapi aku lihat di goodreads bahkan banyak yang memberikannya bintang lima. Kalian tetap bisa banget membaca buku yang kubintangsatuin kok, karena buku itu belum tentu jelek juga. Siapa tahu, not my cup of tea, tapi your cup of tea banget.



Rating 2

Hmm, bintang dua, artinya mungkin sebenarnya ceritanya bagus, cuma dia punya kekurangan yang menurutku membuat acara membacaku menjadi agak kurang nyaman. Misalnya cerita masih belum tereksplor dengan baik. Atau aku nggak terlalu suka sama gaya bahasanya. Atau dia kurang detail dalam penggambaran setting. Semacam itulah.

Setelah aku cek di blogku sendiri, aku mendapati bahwa rating dua ini banyak diduduki oleh teen lit Gramedia Pustaka Utama. Hahaha...



Rating 3

I like these books! Aku senang sudah membaca buku ini, dan aku rekomendasikan buku ini untuk kalian baca.

Namun, ya, hanya sampai pada tahap suka aja, mungkin. Biasanya aku memberikan tiga bintang jika menemukan sebuah buku yang ceritanya bagus, tanpa ada kesalahan-kesalahan yang berarti, namun tidak begitu memberikan kesan mendalam untukku. Biasanya tiadanya kesan ini disebabkan karena memang tidak ada yang sangat spesial dari buku tersebut. Aku memang suka hal-hal spesial dan aku juga suka dianggap spesial sih, jadi memang ada tempat berbeda untuk yang spesial dan yang kurang spesial.

Nggak penting ya? Ya udah //slapped//.

Buku yang baru-baru ini kuberi tiga bintang: Romansick dan Meet the Sennas.



Rating 4

Ada buku-buku dengan  cerita yang sangat menarik, berkarakter, dan membuatku terhanyut dalam duniaku sendiri saat membacanya. Tentu saja buku-buku ini harus masuk ke rating empat ini.

Dan tentu saja, buku-buku yang kuberi rating empat adalah buku-buku spesial, yang mungkin akan masuk daftar buku yang akan dibaca ulang walaupun timbunan masih banyak. Daftar buku yang kuberi rating empat ini adalah daftar buku yang aku rekomendasikan untuk kamu baca.



Rating 5

Apa ya?
Rating tertinggi ini kudedikasikan untuk buku-buku yang tadinya mau aku masukin ke rating empat, tapi setelah kupikir-pikir buku ini standarnya berada di atas standar rating empat yang sudah kubuat.

Buku-buku yang sangat bermanfaat, atau sangat berkarakter, enjoy buat dibaca, dan kalian harus baca juga, nggak boleh nggak.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

source

Nah, itu tadi standar yang kutetapkan dalam merating buku-buku yang sudah kubaca. Namun pada akhirnya rating yang keluar dari jemariku (?) ini tetaplah bersifat amat sangat subyektif dan kadang agak melenceng dari standar yang kutetapkan sendiri. Dan adakalanya aku merubah rating yang kuberikan pada satu buku setelah aku melakukan baca ulang. Misalnya, pada beberapa buku pada Season Seriesnya Ilana Tan. Aku menaikkan rating Summer in Seoul dan Winter in Tokyo, karena sekarang aku lebih menikmati membaca keduanya dibandingkan ketika aku membaca mereka untuk pertama kalinya.
Jangan tanyakan mengapa, karena ku tak tahuuuu~ *lalu nyanyi*

Kalau kalian, apa kalian punya standar juga dalam merating buku-buku yang sudah kalian baca?

balik bikin proposal skripsi



Sunday Morning adalah salah satu rubrik di Widy Bookie yang membahas tentang pendapat pribadi penulis blog terhadap beberapa hal tentang dunia perbukuan.
Atau lebih tepatnya, berbagai tulisan random khas Widy Bookie.

Tidak ada komentar