Breaking News

[Review] Dia, Tanpa Aku - Esti Kinasih


Judul: Dia, Tanpa Aku

Penulis: Esti Kinasih

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 9786020317595

Jumlah halaman: 280

Tanggal terbit: 25 Juni 2015
(Januari 2008 untuk cetakan pertama)

Tanggal baca: 8-10 Mei 2016

Rating: 2/5

Dulu Ronald hanya bisa melindungi Citra dengan berdiri untuk menutupi. Tidak bisa lebih. Sementara kini, Reinald tidak bisa hanya seperti itu karena Citra mengenalinya.


Ronald, cowok kelas 2 SMA, sudah lama naksir Citra yang masih kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia menunggu sampai Citra masuk SMA, karena itu ia hanya bisa mengamati Citra dari jauh.

Saat yang ditunggu Ronald selama berbulan-bulan akhirnya tiba. Citra masuk SMA! Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra masuk SMA yang sama dengan adiknya, Reinald, dan sekelas pula. Namun, keinginan dan harapan terbesar Ronald untuk mendekati Citra tak pernah terwujud. Cowok itu kecelakaan dan tewas di tempat, tidak jauh dari rumah Citra.

Reinald menganggap Citra-lah penyebab kematian kakaknya. Rasa marah dan keinginannya untuk menyalahkan Citra membuat sikapnya terhadap cewek itu menjadi penuh permusuhan. Keduanya kemudian kerap bertengkar tanpa Citra tahu pasti alasan sebenarnya.

Sikap Reinald berubah drastis ketika Citra memutuskan untuk tidak lagi mengacuhkannya. Kini Reinald berada di posisi yang sama seperti Ronald dulu. Perubahan sikap Reinald itu tanpa sadar mendekatkan keduanya. Dan akhirnya Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi almarhum kakaknya.

"Gue suka cewek lo," ucap Reinald suatu hari di depan foto Ronald. Dan itu membuat sang kakak kemudian "kembali"!

--

Dia, Tanpa Aku adalah buku Esti Kinasih pertama yang berhasil kubaca sampai tuntas. Buku ini sebenarnya adalah buku lama. Beberapa kali aku melihatnya dan tak pernah tertarik untuk membacanya, namun setelah cover baru warna birunya yang cantik ini akhirnya aku memutuskan untuk membacanya. By the way, keputusan untuk membuat sampul baru ini adalah keputusan yang sangat bagus.

Di awal cerita, aku sempat bertanya-tanya bagaimana Ronald akhirnya suka sama Citra. Aku sempat penasaran, apakah sebenarnya mereka punya cerita masa kecil yang memorable atau hal-hal semacam itu, makanya aku memutuskan untuk menghabiskan novel ini.

Ronald yang tengah kasmaran terhadap Citra kadang-kadang tampak konyol, namun menurutku pribadi tingkahnya agak alay. Menurutku lho, karena aku belum pernah sealay itu saat dulu jatuh cinta sama mantan. Namun ketika akhirnya Ronald meninggal, aku merasa kehilangan. Sebelum kematian yang tragis ini, Ronald berposisi sebagai tokoh sentral, jadi jelas aku merasa kehilangan. Untuk ukuran tokoh yang mati di tengah jalan, karakter Ronald justru yang paling hidup di antara dua tokoh sentral lainnya.

Dan, ya, setelah jalan cerita berlanjut, kok aku nggak menemukan poin spesial dari Reinald dan Citra, ya? Karakter mereka biasa-biasa aja dan nggak terlalu spesial. Tingkah Citra yang jahilnya keterlaluan itu malah membuatku ilfil. Yakali jahilnya sampai nyiprat-nyipratin air kubangan ke seragam teman-temannya. Kalau aku jadi temannya, dia udah kumasukin ke comberan.

Gaya bercerita Esti Kinasih menurutku nyaman untuk dibaca, dan bisa kuikuti dengan baik. Penggambaran setting tempatnya juga bagus, membuatku bisa membayangkannya dengan baik pula.

Yang membuatku kecewa berat sama novel ini adalah, aku nggak menemukan alasan mengapa Ronald bisa sampai kenal sama Citra dan bisa segitu kesengsemnya. See, di awal aku bilang kalau aku menduga ada sesuatu di masa lalu yang cuma diingat sama Ronald tapi Citra udah lupa, atau ada hal-hal semacam itu, yang bisa menjadi alasan mengapa Ronald bisa suka sama Citra. Ternyata nggak ada hal-hal seperti itu.

Ini sebenarnya lebih karena imajinasiku yang terlalu tinggi sampai tega membuat cerita sendiri yang bahkan nggak dibuat sama penulisnya.

Dan, aku agak kesal karena ketika aku membaca blurbnya, aku jadi tahu seluruh jalan ceritanya (tapi, well, aku emang jarang banget baca blurbnya sebelum baca novelnya, dan itu juga berlaku saat aku membaca buku ini).

Kalau kamu berteman sama aku di goodreads, mungkin kamu bakal tahu kalau aku agak kurang cinta sama endingnya. Ending semacam ini emang bukan favoritku. Aku gagal paham sama "kembali"nya Ronald. Itu sebenarnya fenomena apa? Yang di radio itu juga apa? Aku sampai mau nangis karena nggak paham sama adegan di radio.

Jadi, aku rekomendasiin nggak ya buku ini?
Aku netral sih hahaha, nggak ngerekomendasiin dan nggak melarang kalian baca juga. Tapi nanti kalau kalian udah baca, bisa jelaskan padaku maksud dari "kembali"nya Ronald dan sebenarnya bagaimana ending novel ini?

Cover lain:

--widywenny^^

Tidak ada komentar