Breaking News

[Review] Mockingjay (The Hunger Games, #3)


Judul: Mockingjay
Seri: The Hunger Games, #3
Penulis: Suzanne Collins
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Hetih Rusli
ISBN13: 9789792278439
Jumlah halaman: 432
Tanggal terbit: 12 Januari 2012
Tanggal baca: Juni 2017

Namaku Katniss Everdeen. Umurku tujuh belas tahun. Rumahku di Distrik 12. Aku ikut Hunger Games. Aku melarikan diri. Capitol membenciku. Peeta dijadikan tawanan. Dia dianggap sudah tewas. Kemungkinan besar dia tewas. Mungkin yang terbaik baginya jika dia tewas...

WARNING: MENGANDUNG SPOILER BUKU SEBELUMNYA.
I've warned you.


Katniss selamat dari Hunger Games untuk kedua kalinya. Namun tidak dengan Peeta, Capitol menahannya. Padahal Katniss berusaha menjaga agar Peeta tetap hidup. Padahal Peeta-lah yang seharusnya bertahan hidup.

Distrik 12 sudah musnah. Capitol menyerang Distrik 12 habis-habisan setelah apa yang terjadi di arena. Kini Katniss, Gale, para pemenang yang berhasil selamat, dan sebagian kecil warga Distrik 12 yang berhasil selamat dari serangan itu, kini tinggal di Distrik 13. Benar, ternyata Distrik 13 belum musnah seperti yang selama ini Capitol katakan. Mereka bertahan di bawah tanah, menyusun rencana matang untuk meruntuhkan kekuasaan Capitol.

Peperangan dimulai.

Mockingjay adalah burung hasil kawin silang Jabberjay dan Mockingbird betina, menghasilkan spesies baru yang bisa meniru siulan burung dan siulan manusia.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Biar kuberi tahu satu hal padamu: buku ini berisi begitu banyak kejutan, tidak tertebak, dan terasa sangat pahit. Jadi, akan kujelaskan padamu mengapa buku ini berhasil mengobok-obok sanubariku dan memaksaku menobatkannya menjadi YA favoritku sepanjang 2017 ini.

Cerita

Alur cerita Mockingjay rapi. Penulis menceritakan bagaimana pemberontakan dimulai hingga berakhir. Tidak terjadi perubahan pace yang berarti, menurutku adalah kelebihan Mockingjay dibandingkan dengan Catching Fire. Namun untuk perbedaan tensi, jelas terjadi. Tensi pada akhir cerita dibuat begitu tinggi, memaksaku untuk menuntaskannya dalam sekali baca (selamat tinggal revisian skripsi).

"Presiden Snow bilang dia mengirimi kita pesan? Kalau begitu, aku juga punya pesan untuknya. Kau bisa menyiksa kami, mengebom kami, dan membumihanguskan distrik-distrik kami, tapi kau lihat itu?" Salah satu kamera mengikuti arah yang kutunjuk, pesawat-pesawat yang terbakar di atas atap gudang di seberang kami. Lambang Capitol di sayap pesawat tampak jelas di antara kobaran api. "Api sudah tersulut!" Aku berteriak sekarang, bertekad agar Snow tidak kehilangan satu pun kata-kataku. "Dan jika kami terbakar, kau terbakar bersama kami!"

Karakter

Katniss masih menjadi tokoh utama dari cerita ini. Dalam dua cerita sebelumnya, pembaca mungkin akan melihat Katniss sebagai sosok badass heroine; namun alih-alih akan menjadi heroine yang lebih badass lagi, Katniss justru mengalami banyak perubahan dalam cerita ini. Ia akan lebih banyak menunjukkan sisi lemahnya.

Menurutku hal ini tidak berarti buruk, sebaliknya justru terkesan realistis. Banyak hal buruk yang dialami Katniss dari awal hingga akhir cerita, pun kenyataan yang berusaha disangkalnya. Namun bagi penggemar tokoh ini yang sudah menyukai ketangguhannya sejak Hunger Games, perubahan yang cukup signifikan ini mungkin akan terasa aneh. Dan pada beberapa bagian, jujur, aku gemas juga.

Peeta akan absen pada separuh awal cerita. Aku sendiri baru merasakan kehadirannya yang sesungguhnya pada perempat terakhir buku ini. Bagi kalian para #TeamPeeta yang kubanggakan, bersiaplah untuk menghadapi kekosongan ini.

Aku memang bukan #TeamGale sejak awal, namun sejujurnya aku merasa kecewa dengan Gale, terutama di akhir cerita. Memang porsi Gale pada cerita ini cukup banyak, bahkan lebih banyak dari Peeta, tapi itu tak cukup untuk membayar kekecewaanku pada bagaimana penulis memperlakukan Gale setelah semua yang terjadi.

Aku mau semua yang menonton-baik itu yang di pihak Capitol atau pihak pemberontak-agar berhenti sejenak dan memikirkan apa arti perang ini. Untuk umat manusia. Kita hampir punah karena saling membunuh. Kini jumlah kita bahkan lebih sedikit. Kondisi kita makin payah. Apakah ini yang sungguh-sungguh kita inginkan? Memusnahkan satu sama lain? Demi apa? Agar ada makhluk hidup yang dianggap pantas yang akan mewariskan sisa-sisa bumi yang hangus binasa?"

Kisah Cinta

Kisah cinta masih membumbui cerita ini. Jika pada buku sebelumnya pembaca masih berusaha menebak-nebak sebenarnya Katniss lebih condong ke siapa, pada buku ini hati Katniss lebih mudah dibaca. Tidak terlalu banyak adegan romantis pada buku ini, karena, hai, siapa juga yang sempat ber-romantis-romantis-ria di tengah perang?

Namun sebagai penggila genre romance, aku justru mengapresiasi hal ini. Maksudku, aku jadi bisa fokus pada adegan perang dan bunuh-bunuhan yang lebih page-turner daripada harus melihat Katniss dan salah satu tokoh pria saling peluk-pelukan.

Ending

Buku ini memiliki happy ending, namun kuberitahu padamu: tidak semua happy ending itu membahagiakan. Akhir cerita Mockingjay meninggalkan kesan pahit, membuat pembaca menyadari bahwa tidak ada yang diperoleh dari sebuah perang, baik oleh pihak yang kalah maupun yang menang.

"Kau mencintaiku. Nyata atau tidak?"

Rating:
⭐⭐⭐⭐⭐ 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Usai sudah petualanganku dengan The Hunger Games series, baik lewat buku maupun filmnya. Aku tahu aku telat banget dalam berkenalan dengan Katniss dan kawan-kawannya.

Kamu sudah membaca ketiga bukunya? Tuliskan pendapatmu di kolom komentar ya!


Baca juga:




Tidak ada komentar