[Review] Ease - Yanti Yahya
Judul: Ease
Penulis: Yanti Yahya
Penyunting: Adeliany Azfar
Desainer sampul: Junweise
Penerbit: Inari
Jumlah halaman: 376
Tanggal terbit: 8 Februari 2017
Tanggal baca: 30 Juli-1 Agustus 2017
Reinald sadar. Mungkin inilah akibat dari menikmati sesuatu yang belum waktunya. Terlarang. Bukan haknya. Sesuatu yang belum layak untuk dicoba oleh mereka berdua.
Reinald dan Thalita adalah teman satu angkatan di SMA mereka, namun tidak pernah berinteraksi terlalu intens sampai kejadian malam itu. Reinald menyelamatkan Thalita yang digoda oleh beberapa pria dewasa. Tanpa sengaja, keduanya meminum minuman bercampur obat perangsang yang diberikan oleh lelaki yang tadinya menggoda Thalita. Hal ini membuat mereka terstimulus secara seksual dan akhirnya tidur bersama.
Paginya, keduanya menyesali apa yang sudah mereka lakukan. Thalita menganggap kejadian itu adalah kejadian yang seharusnya dilupakan; dianggap tidak pernah terjadi. Namun Reinald tidak begitu, ia merasa bertanggung jawab karena sudah melakukan hal tersebut kepada Thalita.
Namun Reinald tak pernah tahu, apa yang akan ia ketahui dari Thalita setelah menyentuh teman gadisnya tersebut. Ia juga tak tahu, apa yang akan terjadi pada mereka berdua setelahnya.
"Bertanggung jawab untuk masa depannya! Itu yang utama! Dia harus mengerti akibat kelancangannya dalam bertindak, di saat dia sendiri belum layak untuk melakukannya"
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tren novel yang diangkat dari cerita Wattpad sudah ada di dunia penerbitan Indonesia sejak beberapa waktu yang lalu. Aku termasuk salah satu pembaca yang antipati duluan sama tren ini, karena merasa tren ini terlalu menjamur (maafkan ke-sok-tahu-anku yang sok tahu banget ini). Aku tak pernah berniat untuk membeli Wattpad-lit. Dan akhirnya, Wattpad-lit pertama yang kubaca adalah Ease, karena aku nggak tahu kalau novel ini ternyata diangkat dari Wattpad. 😅
Aku tertarik untuk mencomot buku ini lalu membawanya ke kasir karena blurb-nya sangat menarik. Aku memang suka dengan kisah-kisah cinta yang agak nyeleneh. Yang membuatku tertarik adalah kisah cinta Reinald dan Thalita diawali oleh sebuah "kesalahan".
Tadinya aku sudah waspada dengan adanya skinship dalam cerita ini. Dan, benar saja, pada bab awal, pembaca sudah disuguhi adegan yang sangat asyik. Walaupun kedua tokoh utama masih kelas tiga SMA, cerita yang disuguhkan lebih ke young-adult dibandingkan teen literature. Lagipula mereka sudah melakukan skinship dengan cukup panas. Inilah alasan utama novel ini dilabeli Novel Dewasa, walau usia tokohnya masih muda. Namun menurutku skinship mereka tidak dijelaskan terlalu detail, jadi tidak membuat pembaca berpikir terlalu ngeres.
Kecuali bagi mereka yang mudah dipancing dengan adegan ndusel-ndusel bahu dan leher.
Pada bagian awal cerita, aku merasa agak bosan karena pasangan di cerita ini terlalu banyak gelendotan. Maksudku, aku pribadi tidak terlalu suka dengan model pacaran yang semacam ini. Lagipula, aku masih belum bisa menangkap cerita ini akan dibawa ke mana. Namun ketika akhirnya konflik antara Thalita dan ayahnya mulai muncul, cerita mulai menjadi seru.
Ya, salah satu hal yang membuatku menyukai Ease adalah konflik antara Thalita dan ayahnya. Penulis pandai dalam mengolah konflik ini; bagaimana permasalahan diungkap sedikit demi sedikit membuat novel ini mejadi page-turner. Dan yang semakin membuatku menyukai konflik ini adalah aku tidak melihat adanya tokoh yang 100% benar ataupun 100% salah antara Thalita, ayah dan ibunya. Walaupun ayah Thalita tetap bertindak sebagai antagonis, tapi aku masih bersimpati padanya, tidak lantas menyalahkanya, karena karakternya yang dibuat keras sekaligus rapuh. Aku selalu suka pada cerita yang tidak memiliki tokoh yang hitam dan putih seutuhnya, karena kehidupan itu selalu abu-abu, setuju?
Nggak? Bodo amat deh.
Tinggal tunggu waktu sampai Thalita tahu kebenarannya. Reinald yakin, saat itu tiba, dia tidak akan sanggup menatap Thalita langsung di matanya.
Yang membuatku agak kurang puas dengan konflik antara Thalita dan ayahnya justru karena interaksi mereka yang kurang. Maksudku, mereka cuma melakukan konfrontasi langsung saat klimaks, padahal aku akan lebih suka jika mereka lebih sering berkonfrontasi langsung. Iya, aku memang suka drama, jangan salahkan aku.
Chemistry antara Thalita dan Reinald terjalin cukup baik, walau sekali lagi, aku kadang tidak simpatik pada mereka karena gaya pacaran mereka yang terlalu gelendotan, bukan tipeku banget. Tadinya aku berpikir apakah gaya Yanti Yahya dalam menuliskan interaksi sepasang kekasih memang seperti ini, namun di pertengahan cerita, seorang tokoh memperingatkan keduanya bahwa hubungan mereka memang berlebihan. Aku bersyukur karena dugaanku salah.
Untuk ukuran siswa SMA, menurutku Reinald dan Thalita memiliki pemikiran yang cukup dewasa. Reinald digambarkan sebagai cowok yang bertanggung jawab, lebih bisa mengatur nafsunya dibandingkan Thalita (tapi jebol juga akhirnya), dan memiliki pendirian yang teguh. Ia bukanlah cowok yang digambarkan sempurna dan populer, namun tetap memiliki daya tariknya sendiri dengan auranya yang manly dan bertanggung jawab. Sedangkan untuk Thalita, aku tidak bisa melihat karakternya secara jelas.
Karakter favoritku bukan kedua tokoh utama, tapi Daniel, kakak sepupu Thalita. Menurutku, kakak laki-laki yang over protective terhadap adik perempuannya itu cute. 😙
Terlepas dari banyaknya skinship, novel ini memiliki beberapa amanat yang bisa ditangkap dengan mudah. Tentang ikatan darah yang tidak akan putus apapun yang terjadi, dan tentu saja penulis concern dengan hubungan pacaran anak muda yang mengkhawatirkan dan kadang keluar dari batas kewajaran. Juga tentang bagaimana bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang sudah dilakukan.
Ngomong-ngomong, sampulnya kurang menarik. Sebagai orang yang judge the book by its cover, kalau bukan karena aku iseng-iseng baca semua blurb buku Haru Grup yang kutemui, aku pasti akan melewatkan buku ini begitu saja.
"Too much love will kill you."
Rating:
⭐⭐⭐
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
source |
Kamu udah baca Ease? Bagaimana menurutmu?
Bagaimana menurutmu soal novel yang mencantumkan skinship dan adegan seksual? Apakah kamu anti, menolerir, atau justru suka?
Jika cinta kita hanyalah sebuah kegilaan, mengapa kamu masih menjadi kewarasan untukku?Jika cinta kita hanyalah semu, mengapa kamu masih selalu tampak jelas dalam mimpi masa depanku?
Ps: novel ini kuikutkan dalam event Blind Date with a Book.
Tidak ada komentar